BANDA ACEH – Peningkatan aktivitas Gunung Bur Ni Telong di Kabupaten Bener Meriah, Aceh, mendorong pemerintah daerah mengambil langkah antisipatif guna melindungi keselamatan warga. Seiring dengan naiknya status gunung api tersebut dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga), ratusan keluarga dari wilayah rawan terdampak mulai dipindahkan ke lokasi yang lebih aman.
Dua gampong di Kecamatan Timang Gajah, yakni Gampong Rembune dan Kampung Pantan Pediangan, menjadi wilayah pertama yang dilakukan pengungsian. Langkah ini diambil setelah Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengeluarkan pembaruan status aktivitas vulkanik Gunung Bur Ni Telong pada Selasa malam, 30 Desember 2025, pukul 22.45 WIB.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kabupaten Bener Meriah, Ilham Abdi, menjelaskan bahwa keputusan evakuasi merupakan tindak lanjut dari arahan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
“Tadi malam Berdasarkan informasi dari Badan Geologi Kementerian ESDM dan arahan Bupati, kami mengimbau masyarakat di dua gampong tersebut untuk mengungsi,” kata Ilham Abdi saat dihubungi dari Banda Aceh, Rabu (31/12/2025).
Dengan peningkatan status menjadi Siaga, radius kawasan rawan bencana juga diperluas. Jika sebelumnya batas aman ditetapkan sejauh tiga kilometer dari puncak gunung, kini jarak tersebut diperpanjang menjadi lima kilometer. Konsekuensinya, permukiman warga yang berada dalam radius tersebut harus dikosongkan untuk sementara waktu guna menghindari risiko terburuk akibat erupsi atau lontaran material vulkanik.
Ilham Abdi menyebutkan bahwa lokasi pengungsian sementara telah disiapkan, salah satunya di kompleks Kampus Universitas Syiah Kuala (Unsyiah). Hingga Rabu (31/12/2025) pagi, jumlah warga yang mengungsi diperkirakan telah mencapai sekitar dua ribu orang.
“Kami juga sudah menyiapkan tenda dan yang mengungsi tidak hanya dua gampong, tadi ada masyarakat gampong lainnya yang ikut panik,” katanya.
Selain peningkatan aktivitas vulkanik, warga juga merasakan getaran gempa yang menyertai pergerakan Gunung Bur Ni Telong. Menurut Ilham, gempa terasa terjadi hingga sepuluh kali, disusul gempa susulan pada pagi hari dengan kekuatan mencapai 2,8 skala Richter. Kondisi ini sempat memicu kepanikan warga di sejumlah wilayah, meskipun tidak seluruhnya berada dalam zona wajib mengungsi.
Pemerintah daerah terus mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
“Kami mengimbau masyarakat tidak panik dan tidak terpengaruh informasi yang tidak jelas. Masyarakat yang tidak masuk dalam status mengungsi untuk tetap berada di rumah,” ujar Ilham Abdi.
Sebagai bentuk transparansi dan upaya menjaga ketertiban, pemerintah daerah berkomitmen menyampaikan perkembangan terkini aktivitas Gunung Bur Ni Telong secara berkala kepada masyarakat. Koordinasi lintas instansi, termasuk dengan BPBD, aparat keamanan, dan tenaga kesehatan, terus dilakukan untuk memastikan kebutuhan dasar para pengungsi terpenuhi serta situasi tetap terkendali.
Langkah evakuasi dini ini diharapkan mampu meminimalkan risiko korban jiwa maupun kerugian yang lebih besar apabila aktivitas gunung api meningkat lebih lanjut. Pemerintah daerah juga mengingatkan warga untuk selalu mengikuti arahan resmi dan memprioritaskan keselamatan selama status Siaga masih diberlakukan. []
Diyan Febriana Citra.

