TNI AL Gelar ASEAN Plus Cadet Sail 2025

TNI AL Gelar ASEAN Plus Cadet Sail 2025

JAKARTA — Indonesia kembali memanfaatkan kekuatan lunak (soft power) melalui jalur militer untuk memperkuat posisinya di kawasan. Kali ini, TNI Angkatan Laut menggelar kegiatan ASEAN Plus Cadet Sail (APCS) 2025 dengan mengikutsertakan 54 kadet dari 21 negara sahabat. Pelayaran yang dimulai Rabu (06/08/2025) ini menggunakan KRI Bima Suci, kapal layar latih milik TNI AL yang telah mengemban berbagai misi kebanggaan Indonesia.

Menurut Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana Muda TNI Yayan Sofiyan, pelayaran ini bukan sekadar kegiatan latihan militer, melainkan bagian dari strategi diplomasi pertahanan untuk memperkenalkan kekuatan maritim, budaya, serta industri dalam negeri Indonesia kepada dunia internasional.

“Ini merupakan bentuk dukungan dan tindak lanjut terhadap politik bebas aktif negara kita, termasuk dari lawatan Bapak Presiden, Menteri Pertahanan, dan Panglima TNI,” kata Yayan dalam konferensi pers di Wisma Elang Laut, Selasa (05/08/2025).

Para peserta terdiri dari perwakilan kadet dan perwira pendamping dari negara-negara ASEAN serta negara mitra seperti Inggris, Turki, Rusia, dan China. Mereka akan berlayar bersama kadet dari Akademi Angkatan Laut, Akademi Militer, Akademi Kepolisian, dan Akademi Angkatan Udara Indonesia. Rute pelayaran dimulai dari Jakarta, melewati Selat Sunda, Pantai Barat Sumatera, hingga Selat Malaka.

Di sepanjang pelayaran, para kadet akan mendapatkan pelatihan navigasi, termasuk navigasi bintang (celestial navigation) serta navigasi lingkaran besar. Kegiatan ini menempatkan Indonesia sebagai “penghubung strategis” antara Samudra Hindia dan Pasifik, termasuk jalur pelayaran padat seperti Selat Malaka dan ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia).

Namun pelayaran ini bukan hanya tentang latihan di laut. Para kadet juga akan diperkenalkan pada budaya Indonesia, produk UMKM, dan industri pertahanan nasional, seperti produk dari PT PAL, PT LEN, dan PT Dirgantara Indonesia. Selain itu, mereka akan melakukan kunjungan kehormatan ke sejumlah pejabat serta mengikuti kegiatan budaya dan olahraga.

“Inilah peran diplomasi militer dan diplomasi budaya yang kami kedepankan. Kami ingin para kadet asing mengenal Indonesia bukan hanya secara strategis, tapi juga secara kultural,” ujar Yayan.

Salah satu momen paling berkesan dalam pelayaran ini adalah prosesi mandi khatulistiwa, sebuah tradisi yang dilakukan saat kapal melintasi garis nol derajat. Dalam prosesi tersebut, para kadet dibaptis sebagai pelaut dan akan menerima sertifikat resmi dari Kepala Staf Angkatan Laut.

Kegiatan APCS yang telah dilaksanakan sejak 2016 ini dinilai sebagai bagian penting dari upaya Indonesia membangun kepercayaan internasional, memperluas jejaring kerja sama pertahanan, dan mengedepankan perdamaian melalui interaksi antar generasi militer muda dari berbagai negara.

KRI Bima Suci, sebagai tulang punggung pelayaran, telah disiapkan dengan satuan tugas khusus untuk mendukung kelancaran kegiatan, baik selama fase pelabuhan (harbour phase) maupun saat pelayaran (sea phase). []

Diyan Febriana Citra.

Hotnews Nasional