Wamen Viva Yoga: Transmigrasi Kini Lebih Aman di Era Prabowo

Wamen Viva Yoga: Transmigrasi Kini Lebih Aman di Era Prabowo

BANTUL – Kunjungan Wakil Menteri Transmigrasi, Viva Yoga Mauladi, ke kawasan transmigrasi lokal di Padukuhan Karangtengah, Kalurahan Karangrejek, Imogiri, Bantul, pada Sabtu (04/10/2025), membawa cerita panjang perjalanan para transmigran yang pernah menghadapi dinamika sosial di luar Pulau Jawa.

Dalam dialog bersama warga, Yoga menuturkan bahwa para transmigran yang kini tinggal di Karangtengah sebagian besar pernah ditempatkan di berbagai daerah, mulai dari Aceh, Papua, hingga Ambon. Namun, kondisi sosial yang tidak kondusif kala itu memaksa mereka meninggalkan lokasi.

“Pada waktu itu mohon dimengerti situasi sosialnya kurang stabil, namun sekarang di masa Pemerintahan Pak Prabowo Subianto, situasi sosial, situasi politik, dan keamanannya sudah terjamin. Sudah aman, kalau mau kembali (ke lokasi transmigrasi) tidak apa-apa,” ujar Yoga.

Meski demikian, warga yang hadir menyatakan enggan kembali. Mereka merasa sudah menetap dengan nyaman di kawasan baru. Karena itu, Kementerian Transmigrasi berkomitmen meningkatkan fasilitas, termasuk jalan dan gedung kesenian yang sudah ada sejak 2012.

“Proses pembinaan itu telah kita lakukan, kita juga melihat hidupnya aman, nyaman, bahagia. Kita terus merawat dan memonitor beberapa transmigran yang dulu pernah tinggal di Aceh dan sebagainya, tapi kemudian kita rawat di sini untuk bisa memberikan harapan yang baik untuk hidup keluarga di masa depan,” kata Yoga.

Dalam kesempatan tersebut, ia menyampaikan amanat Presiden Prabowo Subianto agar program transmigrasi tetap menjadi bagian penting pembangunan nasional. Fokusnya tidak hanya pada pemerataan penduduk, tetapi juga pada pengentasan kemiskinan, pencapaian swasembada pangan, dan penciptaan pusat pertumbuhan ekonomi baru.

“Selalu ada pendampingan di sini, nanti kalau ada aspirasi dari warga, kalau memang ada pelatihan UMKM, nanti kita akan berikan. Intinya, proses pemberdayaan masyarakat menjadi bagian penting kerja Kementerian Transmigrasi, dan orientasi untuk lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai realisasi astacita Presiden Prabowo,” tambahnya.

Sejumlah warga membagikan kisah mereka. Kuwati, salah seorang transmigran, menceritakan bagaimana ia dulu berangkat ke Aceh Timur pada tahun 1982 dengan fasilitas dari pemerintah, mulai dari tanah hingga hewan ternak. Namun, konflik sosial membuatnya harus kembali ke Yogyakarta pada 1991.

“Jalan kaki 4 km, kalau ketemu aparat hati-hati, kalau ketemu GAM ditanya kenapa tidak mau menetap di sini,” kenangnya. Ia akhirnya pindah ke Karangtengah pada 2006 dan meskipun menghadapi kendala air serta ancaman longsor, ia tetap merasa bersyukur. “Alhamdulillah sudah nyaman di sini,” ujarnya.

Kisah serupa dialami Subur, warga yang terdampak gempa Bantul 2006. Rumahnya hancur, dan ia memutuskan ikut program transmigrasi lokal.

“Saat awal tinggal, jalan belum dibangun oleh pemerintah, sehingga cukup sulit saat saya harus keluar kampung untuk mengajar. Namun setelah dibangun jalan aspal, sudah bagus,” ungkapnya.

Selain berdialog, Yoga juga mengunjungi sentra kerajinan keris dan pengolahan kacang mete, yang kini menjadi sumber penghidupan tambahan bagi warga transmigran di Karangtengah. Kehadiran usaha-usaha tersebut dinilai dapat memperkuat kemandirian ekonomi masyarakat sekaligus menambah nilai budaya di daerah tersebut. []

Diyan Febriana Citra.

Berita Daerah Hotnews