LOMBOK TIMUR – Mengangkat nilai luhur warisan budaya lokal, Festival Bejango Desa di Desa Anjani, Kecamatan Suralaga, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), resmi dibuka dengan penuh antusias, Jumat (18/07/2025). Perayaan yang berlangsung selama tiga hari ini tidak sekadar menjadi ajang hiburan dan silaturahmi, namun juga digagas sebagai sarana pelestarian tradisi sekaligus penggerak ekonomi masyarakat desa.
Festival ini berakar pada nilai “Bejango”, yang dalam bahasa Sasak berarti saling mengunjungi. Konsep ini telah lama hidup dalam interaksi sosial masyarakat Lombok, terutama sebagai bentuk mempererat hubungan antarkerabat maupun antarwarga desa.
“Budaya Bejango sendiri sebenarnya sudah melekat pada diri masyarakat Lombok. Entah itu Bejango kerabat maupun keluarga, sehingga kami mengundang dari desa luar juga untuk kami saling mengunjungi,” ujar Kepala Desa Anjani, Muhammad Said, Jumat (18/07/2025).
Lebih dari sekadar tradisi, Said menekankan bahwa Festival Bejango Desa menjadi ruang pertemuan antara masyarakat dan pemerintah. “Ini juga momen kami bisa berkumpul bersama masyarakat duduk bersama, ada juga dari Pemerintah Kabupaten yang hadir, Pak Gubernur juga hadir, masyarakat bisa duduk bersama dengan pemimpinnya,” tambahnya.
Rangkaian festival digelar mulai 18 hingga 20 Juli 2025, menyajikan berbagai kegiatan budaya seperti pawai dulang, pertunjukan gendang beleq, begibung (tradisi makan bersama), hingga atraksi unik bernama “begasap”.
Ketua Panitia Festival, Nendy Wahyu, menjelaskan bahwa begasap merupakan ciri khas yang membedakan Festival Bejango di Anjani dari festival desa lainnya di Lombok.
“Begasap ini adalah masyarakat bersama-sama menangkap ikan menggunakan tangan di sungai. Itulah alasan kami memasukkan begasap ini dalam Festival Bejango Desa,” jelas Nendy.
Tradisi tersebut, yang diwarisi dari generasi orang tua mereka, tidak hanya mengundang nostalgia, tetapi juga membangkitkan kebersamaan. Ratusan ikan dilepas ke area persawahan untuk ditangkap warga secara langsung. Tidak hanya itu, panitia juga menyiapkan hadiah menarik berupa enam ekor kambing bagi peserta yang berhasil menangkap ikan terbanyak.
“Biasanya ketika begasap ini masyarakat sangat antusias. Selain mendapatkan ikan secara gratis, kami juga telah menyiapkan enam ekor kambing bagi mereka yang berhasil mengambil ikan paling banyak,” tambah Nendy.
Selain pelestarian budaya, Festival Bejango juga memiliki dimensi ekonomi yang tak kalah penting. Kegiatan ini turut menggandeng pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal yang menjajakan produk makanan, kerajinan tangan, hingga cendera mata khas Lombok.
Dengan semangat gotong royong dan nuansa kekeluargaan yang kuat, Festival Bejango menjadi contoh nyata bahwa pembangunan berbasis budaya dapat menjadi alternatif strategis dalam mendorong pariwisata desa sekaligus mengangkat kesejahteraan masyarakat. []
Diyan Febriana Citra.