LEBAK – Rasa kesal warga Desa Margamulya, Kecamatan Cileles, Kabupaten Lebak, Banten, akhirnya memuncak. Pada Selasa (23/09/2025), puluhan warga turun ke jalan dan memblokade akses menuju proyek Tol Serang–Panimbang.
Tindakan itu dilakukan lantaran janji perbaikan jalan desa dari pihak kontraktor, PT Wijaya Karya (Wika), tak kunjung dipenuhi. Menurut warga, keluhan sudah berulang kali disampaikan, namun hingga kini belum ada tindak lanjut nyata.
Pantauan di lapangan memperlihatkan massa yang terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari pemuda, orang tua, hingga ibu-ibu rumah tangga, membawa spanduk berisi tuntutan. Jalan masuk ke area proyek ditutup sehingga kendaraan operasional tol tidak dapat melintas.
Sa’adah (36), salah seorang warga, menyampaikan bahwa kondisi jalan desa memburuk sejak aktivitas pembangunan tol dimulai. “Sejak ada pembangunan tol, jalan jadi rusak. Ini satu-satunya akses kami. Kalau ada yang mau melahirkan, jalannya sangat ekstrem. Anak saya sering jatuh di sini. Tolong ingat janji perbaikan jalan yang dahulu,” ujarnya.
Jalan utama Margamulya sebelumnya menjadi jalur vital menuju sekolah, pasar, dan puskesmas. Kini, warga harus memutar sejauh 6–7 kilometer untuk mencapai fasilitas penting tersebut. Situasi kian memprihatinkan saat musim hujan karena ruas jalan berubah menjadi lumpur licin. “Kami mohon sekali, ini bukan untuk saya saja, tetapi untuk seluruh warga desa. Jalan ini akses utama kami,” tambah Sa’adah.
Aksi blokade yang dilakukan warga mencerminkan kekecewaan terhadap proyek strategis nasional yang seharusnya membawa manfaat bagi masyarakat. Mereka menilai pembangunan tol memang penting untuk meningkatkan konektivitas, namun tak boleh mengorbankan akses harian penduduk desa.
Warga pun menegaskan bahwa mereka tidak menolak pembangunan tol. Yang mereka tuntut hanyalah realisasi janji perbaikan infrastruktur lokal yang rusak akibat proyek tersebut. Mereka bahkan mengancam akan melakukan aksi lanjutan jika PT Wijaya Karya tidak segera memenuhi permintaan tersebut.
Hingga berita ini diturunkan, pihak kontraktor belum memberikan tanggapan resmi. Publik kini menanti bagaimana sikap Wika dalam menanggapi keluhan masyarakat, sebab keberlanjutan proyek tol tidak mungkin berjalan mulus tanpa dukungan penuh dari warga sekitar.
Kasus Margamulya menjadi pengingat bahwa pembangunan infrastruktur besar mesti diiringi dengan perhatian terhadap dampak langsung yang dirasakan masyarakat. Keseimbangan antara kepentingan nasional dan kebutuhan lokal menjadi kunci agar proyek strategis benar-benar menghadirkan manfaat bagi semua pihak. []
Diyan Febriana Citra.