JAKARTA – Gubernur Jakarta, Pramono Anung, menyatakan memiliki visi yang sama dengan Gubernur Banten, Andra Soni, untuk mendorong pembangunan jalur Mass Rapid Transit (MRT) hingga ke wilayah Banten. Menurutnya, keterhubungan transportasi massal lintas provinsi sangat penting dalam mengurangi beban kemacetan Jakarta yang sebagian besar disumbang oleh mobilitas pekerja dari daerah penyangga.
Pernyataan tersebut ia sampaikan saat menghadiri peresmian Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pesanggrahan di Jakarta Selatan, Selasa (9/9/2024). Acara itu juga dihadiri Wakil Menteri Pekerjaan Umum Diana Kusumastuti, Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno, serta Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie.
“Cita-cita saya dengan Pak Andra Soni itu yang paling utama sebenarnya MRT segera masuk ke Banten. Makanya berkali-kali saya sampaikan kepada Dirut MRT, gimana caranya cari akal supaya disambungkan,” kata Pramono.
Kilas Balik Kerja Sama Transportasi Jakarta–Banten
Pramono kemudian menyinggung pengalaman saat membuka jalur Transjabodetabek rute Alam Sutera–Blok M beberapa waktu lalu. Rute tersebut menjadi salah satu upaya pertama dalam memperkuat integrasi transportasi publik antara Jakarta dan wilayah Tangerang Selatan.
“Saya jadi ingat ketika bersama-sama dengan Pak Gubernur kita mulai yang pertama Transjabodetabek dari Alam Sutera ke Blok M. Pada waktu itu orang pasti memandang sebelah mata. Kemudian dari PIK 2 ke Blok M,” ujarnya.
Menurut Pramono, kerja sama antardaerah dalam mengembangkan transportasi massal semestinya tidak dianggap sepele. Langkah tersebut merupakan strategi konkret untuk menghadapi masalah klasik perkotaan, yaitu kemacetan lalu lintas.
Kurangi Kemacetan, Perkuat Konektivitas
Ia menegaskan, proyek perluasan MRT ke Banten memiliki tujuan yang jelas, yakni mengurangi ketergantungan warga pada kendaraan pribadi. Dengan demikian, volume kendaraan di jalur perbatasan Jakarta dapat ditekan.
“Esensinya adalah kita mengurangi kemacetan yang terjadi, karena kita tahu bersama kemacetan yang terjadi di Jakarta itu pasti kontribusi ketika orang datang dan pulang dari daerah-daerah pendukung. Termasuk dari Banten, dari Jawa Barat, dan sebagainya,” kata Pramono.
Dorongan ini sejalan dengan tren urbanisasi dan pertumbuhan kawasan penyangga Ibu Kota. Bagi Pramono, keterpaduan sistem transportasi antardaerah akan menentukan keberhasilan Jakarta dalam mengurangi kemacetan, sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang sehari-hari bergantung pada akses menuju pusat kegiatan ekonomi.[]
Putri Aulia Maharani