JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup stagnan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (11/9/2025), di level Rp16.455/US$. Rupiah sempat menguat 0,12% pada pembukaan perdagangan, namun akhirnya kembali ke posisi yang sama dengan penutupan Rabu (10/9/2025).
Indeks dolar AS (DXY) per pukul 15.00 WIB berada di zona penguatan sebesar 0,15% di level 97,92, setelah kemarin turun tipis 0,01% di level 97,78. Penguatan DXY menjadi salah satu faktor pelemahan rupiah hari ini.
DXY menguat menjelang rilis data inflasi konsumen (CPI) AS periode Agustus. Pasar memperkirakan inflasi naik menjadi 2,9% secara tahunan, dari 2,7% di Juli. Ekspektasi ini memicu kekhawatiran angka aktual bisa lebih tinggi, mendorong pelaku pasar beralih ke dolar AS sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian arah kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed).
Meskipun pasar menilai pemangkasan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan 17 September hampir pasti terjadi, peluang pemangkasan lebih agresif hingga 50 bps dinilai semakin kecil. Kondisi ini membuat imbal hasil aset dolar tetap relatif menarik dan memperkuat permintaan greenback, sehingga menekan mata uang emerging market termasuk rupiah.
Dengan penguatan DXY, rupiah yang semula menguat tipis akhirnya berbalik melemah. Pergerakan ini mencerminkan sensitivitas rupiah terhadap dinamika global, khususnya pergerakan indeks dolar AS. []
Putri Aulia Maharani