Fadli Zon Luncurkan Buku Visual Sejarah Kota Lama Semarang

Fadli Zon Luncurkan Buku Visual Sejarah Kota Lama Semarang

Bagikan:

SEMARANG – Peluncuran buku Kartu Pos Bergambar Samarangh di Kawasan Kota Lama Semarang menjadi penanda penting upaya pelestarian ingatan sejarah kota melalui medium visual. Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon meresmikan buku tersebut di Gedung Oudetrap, Jumat (19/12/2025), dengan menekankan peran kartu pos sebagai saksi bisu perjalanan panjang Semarang dari masa ke masa.

Buku ini memuat kumpulan kartu pos lawas yang merekam wajah kota Semarang dalam berbagai periode sejarah. Melalui gambar-gambar tersebut, pembaca diajak menelusuri perubahan ruang kota, aktivitas masyarakat, serta dinamika sosial yang membentuk karakter Semarang hingga hari ini. Peluncuran buku juga dirangkai dengan pameran temporer bertajuk Potret Semarang dalam Bingkai Kartu Pos yang berlangsung selama tujuh hari, mulai 19 hingga 26 Desember 2025.

Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara Kementerian Kebudayaan dan Pemerintah Kota Semarang. Kehadiran pameran dimaksudkan untuk memperluas akses publik terhadap arsip visual sejarah, sekaligus menumbuhkan kesadaran akan pentingnya dokumentasi masa lalu sebagai fondasi pembangunan budaya di masa depan.

Dalam sambutannya, Fadli Zon menegaskan posisi strategis Kota Lama Semarang dalam sejarah nasional. Kawasan tersebut bukan hanya saksi perkembangan kota pelabuhan, tetapi juga menjadi simpul penting perdagangan rempah dan lahirnya industri modern di Indonesia, termasuk perkeretaapian pertama.

“Kota Lama adalah ingatan kolektif Semarang. Banyak fase sejarah bangsa bertemu di kota ini, termasuk pergerakan nasional seperti Sarekat Islam,” ujar Fadli.

Ia menambahkan, kartu pos memiliki nilai lebih dari sekadar benda koleksi. Medium tersebut menyimpan narasi visual yang mencerminkan perkembangan teknologi fotografi, perubahan tata kota, serta kehidupan sosial masyarakat pada masanya.

“Kartu pos, prangko, dan cap pos selalu bercerita. Dari sana sejarah kota bisa dibaca,” katanya.

Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti menilai buku ini mampu menghadirkan kembali memori kota yang kerap terlupakan oleh generasi masa kini. Menurutnya, visual yang disajikan bukan hanya dokumentasi statis, tetapi juga menghidupkan kembali relasi emosional warga dengan ruang-ruang publik yang pernah menjadi bagian penting kehidupan sosial.

Sebagai seorang filatelis, Fadli Zon mengungkapkan dirinya telah mengoleksi sekitar 7.000 hingga 8.000 kartu pos dari berbagai kota di Indonesia. Semarang menjadi salah satu kota dengan jumlah koleksi terbanyak, sejajar dengan Batavia, Surabaya, Yogyakarta, dan Fort de Kock.

Buku Samarangh merupakan seri ketiga setelah Buitenzorg dan Fort de Kock. Pemilihan ejaan lama “Samarangh” dimaksudkan untuk menghadirkan nuansa historis tanpa mengubah identitas kota. Seri lanjutan direncanakan akan mengangkat kota-kota lain seperti Yogyakarta, Bandung, dan Batavia.

“Di balik setiap gambar, ada kisah bangunan yang hilang, tokoh, dan perubahan zaman,” ujarnya.

Peluncuran buku ini dihadiri jajaran Forkopimda, komunitas filatelis, akademisi, budayawan, serta pegiat sejarah. Fadli berharap karya tersebut dapat menjadi referensi penting bagi masyarakat sekaligus jembatan visual yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan Semarang. []

Diyan Febriana Citra.

Bagikan:
Berita Daerah Hotnews