SAMBAS-Gubernur Kalbar H Sutarmidji mengatakan Kabupaten Sambas merupakan sentra utama produksi padi dan kedelai di Kalbar.
“Sampai saat ini, Kabupaten Sambas alami suplus beras sebanyak 196.028 Ton, kekurangan jagung 1.271 Ton, dan masih kekurangan kedelai sebanyak 3.363 ton,” kata H Sutarmidji, Sabtu (2/2), saat Panen padi di Desa Pusaka Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas.
Dikatakannya, produksi jagung sebagian besar dibutuhkan untuk bahan baku pakan ternak, sedangkan kedelai untuk bahan baku pangan olahan.
Berdasarkan produksi tersebut di atas, produksi beras di Kabupaten Sambas ekuivalen sebanyak 257.620 ton dengan konsumsi per kapita 114,89 Kg, maka kebutuhan beras di Kabupaten Sambas Per Kapita Per Tahun diperkirakan sebanyak 61.599 Ton.
Tahun Anggaran 2018 anggaran APBD Provinsi yang masuk di Kabupaten Sambas untuk sektor pertanian sebesar Rp. 6.168.235.000,- (Enam Milyar Seratus Enam Puluh Delapan Juta Dua Ratus Tiga Puluh Lima Ribu Rupiah) yang dipergunakan untuk: Peningkatan Sarana dan Prasarana Pertanian Dalam mendukung Produksi Pangan, Pengembangan Produksi Tanaman Umbi-umbian, Belanja pupuk untuk mendukung peningkatan produksi aneka kacang dan umbi di Kabupaten Sambas, Pengembangan Produksi Kacang-kacangan, Belanja bahan/bibit tanaman, belanja bahan kimia, belanja perlengkapan/peralatan dan belanja pupuk, Pengembangan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan, Pengembangan Kawasan Sayuran dan Biofarmaka, belanja jasa konsultasi perencanaan, belanja konsultasi pengawasan, pengadaan peralatan dan perlengkapan pertanian dan pengadaan sarana dan prasarana pertanian, Pengembangan Kawasan Buah dan Florikultura, Belanja pupuk organic cair, Perluasan Areal Tanam dan Pengelolaan Lahan, belanja jasa konsultasi perencanaan, belanja jasa konsultasi.
“Sektor pertanian masih merupakan sektor strategis dan fundamental bagi perekonomian di Kalbar,” jelasnya.
Berdasarkar data BPS tahun 2018, kontribusi PDRB sektor pertanian di Kalbar sebesar 21,64%. PDRB sektor pertanian tahun 2018 di Kalbar meningkat sebesar 5,36% dibanding tahun 2017. Sub sektor tanaman pangan memberikan kontribusi sebesar 16,14% dari total PDRB sektor pertanian tahun 2018. Hal ini menunjukkan bahwa sub sektor ini masih menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat Kalbar.
Berdasarkan Angka Ramalan I 2018 produksi padi di Kalbar sebesar 1.625.356 Ton Gabah Kering Giling, jagung 166.825 Ton, Pipilan Kering, dan kedelai sebanyak 1.260 Biji Kering.
“Sampai saat ini Provinsi Kalbar mengalami suplus beras sebanyak 447.484 Ton, kekurangan jagung sebanyak 154.282 Ton, dan masih kekurangan kedelai sebanyak 36.490 Ton,” jelansya.
Untuk mengangkat dan melestarikan kembali jenis padi lokal ini. Untuk tahap awal Tahun Anggaran 2019 ini pemerintah Provinsi bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Sambas akan melakukan pengembangan padi Ringkak Cundong seluas 50 Ha.
Peluang peningkatan produksi tanaman pangan dan honikultura di Kabupaten Sambas masih sangat terbuka.
Sampai saat ini masih terdapat seluas 4.368 Ha Iahan sawah yang belum dimanfaatkan dan Iahan kering berupa tegalan/kebun seluas 30.976 Ha yang belum termanfaatkan. Disamping itu peningkatan produksi melalui produktivitas juga masih dapat ditingkatkan, menginggat sampai saat ini produktivitas padi di Kabupaten Sambas baru sebesar 26,91 Ku/Ha.
Selain padi, komoditas Jeruk yang sudah menjadi identitas Kabupaten Sambas juga harus tetap dikembangkan. Karena selain sudah dikenal diseluruh Indonesia, jeruk memberikan dampak yang besar terhadap kesejahteraan dan ekonomi masyarakat Sambas.
“Produksi Jeruk Siam di Kabupaten Sambas pada tahun 2018 sebanyak 98.778.5 Ton dengan luas panen 3.599,3 Ha dan provitas sebanyak 27.44 Ku/Ha.
Peningkatan produksi jeruk di Kabupaten Sambas memerlukan pendampingan Teknologi Pengelolaan,” ujarnya.
Gubernur Kalbar H Sutarmidji mengatakan panen padi ini perhektar 5 tin lebih, padahal Rata-rata biasanya cuma 32,6-3 ton. “Ini sudah ada peningkatan dan mudah-mudahan ini betul 5 ton,” kata Sutarmidji.
Disamping itu, Gubernur Kalbar juga meminta agar oasca panen, kalau dijual atau dipasarkan itu berasnya harus benar-benar diolah dengan baik dan memiliki merk sendiri sehingga membuat orang tertarik.
Kedepan, Gubernur juga meminta para petani harus ada rekayasa pertanian dan selain menanam beras juga diminta menaman beras merah, karena beras merah nilai jualnya lebih tinggi.
“Rata-rata 22 ribu perkilo dan berasnya lebih kehitaman itu harganya 33 ribu perkilo,” jelansya.
Gubernur juga meminta metode ini harus dikembangkan oleh para petani sehingga ada pilihan supaya nilai tukar petani itu bisa diatad 100 persen.
“Kalao mau petani makmur, petani sejahtera, maka nilai tukarnya harus diatas 100 persen. Kalau nilai tukarnya masih dibawah itu, maka petani belum makmur dan sejahtera,” ingatnya.(Rachmat Effendi)