JAKARTA – Sejak Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2024 sebanyak 204.807.222 pemilih pada, Juli 2023 lalu, banyak pemberitaan berfokus pada besarnya jumlah pemilih dari kelompok muda. Memang dari jumlah tersebut, sebanyak 106.358.447 jiwa atau 52 persen di antaranya merupakan generasi Z dan generasi Y atau millennials.
Perinciannya, pemilih berusia 17 tahun sebanyak 0,003 persen atau sekitar 6.000 jiwa. Kemudian pemilih dengan rentang usia 17 tahun hingga 30 tahun mencapai 31,23 persen atau sekitar 63,9 juta jiwa. Lalu disusul pemilih berumur 31 tahun hingga 40 tahun sebanyak 20,70 persen atau sekitar 42,395 juta jiwa. Sedangkan pemilih dengan usia lebih dari 40 tahun persentasenya mencapai 48,07 persen atau berjumlah 98.448.775 orang.
Setelah keluar putusan tersebut, hampir setiap hari ditemukan berita dan diskusi ilmiah yang bertema pemilih muda (young voters). Tema yang diusung berkisar bagaimana cara partai politik (Parpol) menggaet suara kaum muda, atau bagaimana political engagement dari Gen Z dan Gen Millenials dalam menghadapi Pemilu 2024.
Tak ketinggalan heboh di media, tatkala salah satu calon presiden (Capres) memilih anak muda untuk menjadi calon wakil presiden (Cawapres). Kebijakan ini menuai pro dan kontra. Terlebih saat mulusnya jalan si anak muda ini agar dapat dipilih menjadi cawapres, dilatarbelakangi dengan berbagai intrik politik termasuk pengubahan landasan hukum.
Sebelumnya kekhawatiran publik juga muncul saat anak muda tak lain adalah adik cawapres tadi menjadi ketua umum parpol, padahal dia baru bergabung partai tersebut dalam hitungan hari saja. Selalu anak muda yang menjadi pusat perhatian media. Lalu bagaimana dengan nasib pemilih lanjut usia (lansia) yang berusia di atas 60 tahun pada Pemilu 2024 mendatang.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, jumlah warga lansia di Indonesia tahun 2022 berkisar 27 juta atau sekitar 10,82 persen dari total populasi di Indonesia. Semua warga lansia pasti memiliki hak pilih pada Pemilu 2024. Jika diproyeksikan kepada jumlah total pemilih pada Pemilu 2024, artinya bakal ada sekitar 204,8 juta pemilih atau sekitar 13,1 persen. Jumlah yang cukup penting untuk diperhitungkan dalam event besar Pemilu 2024.
Hal menarik terkait keberadaan lansia dalam Pemilu 14 Februari 2024 mendatang adalah bagaimana strategi kampanye digital yang banyak diterapkan parpol mampu menarik dan dipahami kaum lansia lewat penggunaan media sosial (Medsos) Selain itu, bagaimana kaum lansia menentukan pilihannya di bilik suara nanti, (15/01/2024).
Saat ini salah satu strategi yang dianggap efektif bagi partai untuk menciptakan brand awareness khalayak, khususnya kaum muda, adalah melalui media sosial. Hal ini pun diterapkan pada kaum lansia. Akibatnya secara tidak langsung, lansia diajak untuk belajar menggunakan media sosial dengan lebih bijak sebab di ranah virtual, tidak hanya terdapat informasi yang valid, namun juga menyesatkan.
Hal ini memiliki kendala karena dari segi literasi digital, kaum lansia merupakan kelompok paling rentan dalam menghadapi kemajuan teknologi. Mereka sering kali tidak dilibatkan dalam perkembangan dunia digital. Kurangnya pengetahuan berpotensi membuat mereka menjadi tersesat dalam ruang virtual.
Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada pengalaman online kaum lansia, seperti keterbatasan fisik, kecemasan, akses internet yang kurang stabil dan preferensi mereka terhadap interaksi manusia. Akibatnya, sejumlah lansia menjadi skeptis dengan kemajuan teknologi.
Jika ini yang terjadi, mereka kemudian akan menyerahkan segala urusan kepada keluarga lain yang lebih muda. Di sinilah muncul masalah, jika sang pendamping itu tidak netral dan independen, maka akan bisa mengarahkan suara para lansia di bilik suara nanti
Karena itu, sebaiknya parpol hadir dan mengampanyekan program-program capres dan cawapresnya kepada kaum lansia melalui implementasi kebijakan, program-program untuk mendorong kohesi sosial, interaksi yang bermakna dan memberikan pemahaman dan toleransi yang lebih antar generasi.
Hal ini juga dapat berdampak para lansia akan terhindar dari aneka berita bohong (Hoax), disinformasi, dan misinformasi di medsos. Lalu bagaimana kaum lansia akan menentukan pilihan mereka pada Pemilu 2024 nanti.
Redaksi02