JAKARTA – Pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di ibu kota Iran, Teheran, pada Rabu, 31 Juli 2024, telah mendapat perhatian politik dan media yang luas di seluruh dunia, dengan beberapa negara mengutuk pembunuhannya secara keras dan terbuka. Sebagaimana dilansir dari Tempo.co, di antara mereka adalah Irak, Suriah, Aljazair, Yordania, Oman, Yaman, Kuwait, Tunisia, serta Turki, Malaysia, Pakistan, Afghanistan, Cina dan Rusia.
Namun, negara-negara Arab terkemuka lainnya belum mengeluarkan pernyataan terkait pembunuhan tersebut termasuk Arab Saudi. Mesir, UEA dan Bahrain tidak mengutuk kejahatan tersebut namun menyatakan keprihatinannya tentang kemungkinan “eskalasi regional”. Mesir memperingatkan dalam sebuah pernyataan terhadap dampak dari kebijakan pembunuhan dan pelanggaran kedaulatan negara serta kemungkinan tindakan tersebut memicu konflik di wilayah tersebut.
Para pengamat mencatat bahwa pernyataan Mesir tidak secara langsung membahas pembunuhan Haniyeh, juga tidak menyebutkan nama Haniyeh atau Iran; di mana ia dibunuh.
Sementara itu, UEA mengeluarkan sebuah pernyataan singkat yang mengatakan bahwa mereka “memantau dengan seksama perkembangan regional yang cepat” dan menyatakan “keprihatinan yang mendalam atas eskalasi yang terus berlanjut dan dampaknya terhadap keamanan dan stabilitas di wilayah tersebut.” UEA menekankan pentingnya untuk menahan diri dan kebijaksanaan maksimum untuk menghindari risiko dan memperluas cakupan konflik.
Demikian pula, Kementerian Luar Negeri Bahrain memperingatkan eskalasi di wilayah tersebut dan dampaknya terhadap keamanan di Timur Tengah. Kementerian Luar Negeri Bahrain meminta Dewan Keamanan PBB dan komunitas internasional untuk mendukung upaya negara-negara untuk mencegah eskalasi lebih lanjut. []
Putri Aulia Maharani