SAMARINDA – Kelangkaan gas elpiji 3 kilogram yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir memaksa banyak warga di Samarinda berjuang memenuhi kebutuhan bahan bakar rumah tangga. Menanggapi situasi ini, Pemerintah Kota Samarinda melalui Dinas Perdagangan langsung bergerak cepat dengan menggelar operasi pasar selama dua hari, yaitu pada 11 dan 12 Juni 2025.
Operasi ini dilaksanakan di dua lokasi berbeda: di depan Kantor Kecamatan Samarinda Seberang pada hari pertama dan di depan Kantor Kecamatan Samarinda Ulu pada hari kedua. Sebanyak 560 tabung gas elpiji disediakan di masing-masing kecamatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang terdampak.
Bagi warga seperti Sumarni (55), operasi pasar ini menjadi angin segar setelah dua minggu mengalami kesulitan mendapatkan gas elpiji subsidi.
“Alhamdulillah sangat terbantu sekali. Karena biasanya, saya kalau di pangkalan itu seminggu bisa dua kali, tapi ini sama sekali selama dua minggu susah dapat,” ungkapnya saat ditemui di lokasi antrean, Kamis (12/06/2025).
Sumarni juga menyoroti masalah harga yang masih jauh dari harga eceran tertinggi (HET). Meskipun pemerintah telah menetapkan HET sebesar Rp18.000, kenyataannya di lapangan warga kerap menemukan harga mencapai dua kali lipat.
“Harga paling murahnya itu ya Rp 35 – Rp 40 ribu. Memang susah carinya,” ujarnya.
Langkah cepat Pemkot Samarinda melalui Dinas Perdagangan mendapat apresiasi dari Camat Samarinda Ulu, Sujono. Ia menilai, kehadiran operasi pasar ini menjadi solusi sementara yang efektif dalam meredam gejolak warga yang kesulitan mendapatkan gas elpiji bersubsidi.
“Sebelum kondisi di pasaran kembali normal, kami meminta Dinas Perdagangan untuk selalu memonitor,” tegas Sujono.
Ia juga memastikan pihak kecamatan siap mendukung setiap kebijakan yang diambil Pemerintah Kota Samarinda, khususnya dalam hal pemerataan distribusi elpiji.
“Kalau kami sih, selama kuotanya ada dan masuk ke sini kami akan sampaikan ke warga. Namun, balik lagi itu semua kita serahkan sepenuhnya ke Dinas Perdagangan selaku pengambil kebijakan,” tambahnya.
Langkah koordinatif ini dinilai penting untuk menjaga stabilitas pasokan bahan bakar rumah tangga bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah yang sangat mengandalkan elpiji 3 kg. Dalam kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih, keberadaan kebijakan responsif seperti ini menjadi sangat krusial.
Pemerintah juga diharapkan tidak hanya menyelesaikan kelangkaan secara sementara, tetapi mulai memperbaiki tata kelola distribusi elpiji agar kelangkaan serupa tidak terulang di masa depan. []
Diyan Febriana Citra.