BALIKPAPAN — Kondisi pasang laut ekstrem berpotensi mengancam aktivitas warga di pesisir Kalimantan Timur (Kaltim) dalam beberapa hari ke depan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan mengeluarkan peringatan dini terhadap potensi pasang laut dengan ketinggian mencapai 2,8 meter yang diprediksi terjadi pada 13 hingga 15 Juni 2025.
Pasang laut ini diperkirakan berdampak pada sejumlah kawasan pesisir, termasuk di antaranya Balikpapan, Samboja (Kabupaten Kutai Kartanegara), Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), dan Kabupaten Paser. Potensi banjir rob serta gangguan terhadap tambak dan permukiman warga menjadi perhatian utama.
“Sejumlah kawasan pesisir di Kaltim berpotensi mengalami pasang laut setinggi 2,8 meter pada 13-15 Juni 2025, sehingga warga setempat harus waspada terhadap dampaknya,” ujar Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Balikpapan, Diyan Novrida, saat memberikan keterangan di Balikpapan, Jumat (13/06/2025).
Ia menyebut, waktu terjadinya pasang tertinggi diperkirakan terjadi pada pagi hari antara pukul 07.00 hingga 09.00 Wita. Khusus di perairan Balikpapan, puncak pasang diperkirakan terjadi selama tiga hari berturut-turut, yang bisa menimbulkan dampak signifikan terhadap aktivitas di kawasan pesisir.
“Di perairan Balikpapan, setidaknya terdapat empat kawasan yang terpengaruh langsung oleh pasang surutnya yakni Samboja, Balikpapan, Penajam Paser Utara, dan Paser,” lanjut Diyan.
Kekhawatiran utama terletak pada sektor tambak yang banyak tersebar di sepanjang pesisir. Aktivitas budi daya udang, ikan, dan kepiting dikhawatirkan terganggu akibat arus laut yang meningkat tajam selama periode pasang.
“Ketika ada pasang laut, maka dikhawatirkan budi daya warga baik udang, ikan, maupun kepiting di tambak bisa hilang akibat terdampak arus laut,” kata Diyan.
Tidak hanya sektor perikanan, aktivitas ekonomi dan sosial seperti bongkar muat di pelabuhan serta kegiatan warga di kawasan pesisir pun berpotensi terhambat. Permukiman warga yang berdekatan dengan pantai juga masuk dalam zona rawan terdampak banjir rob, terutama jika tidak terdapat tanggul atau perlindungan pantai memadai.
“Pasang laut juga bisa mengganggu aktivitas bongkar muat di pelabuhan, aktivitas sosial di kawasan pesisir, bahkan bisa jadi air laut masuk ke permukiman warga yang dekat pantai, termasuk membahayakan bagi anak-anak yang bermain di pantai,” ungkapnya.
BMKG juga mencatat, peringatan serupa berlaku untuk wilayah muara Sungai Mahakam (termasuk Pulau Nubi) dan muara Sungai Berau. Di Mahakam, puncak pasang laut setinggi 2,8 meter diprediksi terjadi pada 14 Juni 2025 pukul 08.00 Wita, sementara surut terendah mencapai 0,4 meter diperkirakan terjadi pada pukul 01.00 dan 24.00 Wita di hari yang sama.
Sedangkan di wilayah muara Sungai Berau, pasang laut tertinggi juga diperkirakan terjadi pada 13 Juni 2025 pukul 09.00 Wita, dan surut terendah pada 15 Juni 2025 pukul 04.00 Wita.
Menyikapi kondisi ini, warga diminta lebih berhati-hati dalam beraktivitas, terutama bagi mereka yang menggantungkan hidup dari laut maupun menetap di wilayah pesisir. BMKG mengimbau agar masyarakat terus memantau informasi cuaca dan kondisi pasang surut melalui kanal resmi BMKG atau pos pantau setempat. []
Diyan Febriana Citra.