Aktivitas Gunung Lewotobi Tutup Bandara Maumere

Aktivitas Gunung Lewotobi Tutup Bandara Maumere

FLORES TIMUR – Aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-Laki kembali mengganggu kehidupan warga di Pulau Flores. Letusan yang terjadi pada Jumat pagi, 20 Juni 2025, memicu penutupan total Bandara Fransiskus Xaverius Seda, Maumere, akibat penyebaran abu vulkanik yang masih terdeteksi di udara.

Keputusan penghentian sementara operasional bandara disampaikan oleh Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Kelas II Maumere. Pihak pengelola menyatakan keselamatan penerbangan menjadi prioritas utama karena abu vulkanik masih mengganggu ruang udara di sekitar bandara.

“Operasional penutupan aktivitas bandara berlanjut karena masih terdeteksi pergerakan abu vulkanik menutup ruang udara untuk take off dan landing pesawat,” ujar perwakilan UPBU, Jumat (20/06/2025).

Langkah ini diambil sebagai respons terhadap perkembangan kondisi Gunung Lewotobi Laki-Laki yang saat ini berada pada status Level IV atau Awas, status tertinggi dalam sistem peringatan dini vulkanologi di Indonesia. Letusan besar terakhir tercatat pada Selasa sore, 17 Juni 2025, dan telah menyebarkan abu hingga ke beberapa wilayah di Nusa Tenggara Timur, bahkan berdampak pada aktivitas penerbangan di sejumlah bandara lainnya.

Penutupan bandara ini berdampak langsung terhadap mobilitas warga dan logistik. Pembersihan landasan dan evaluasi keselamatan terus dilakukan oleh petugas bandara. Namun, belum ada kepastian kapan aktivitas penerbangan dapat kembali normal.

Masyarakat dan calon penumpang diminta terus memantau perkembangan terbaru melalui kanal resmi dan melakukan koordinasi dengan maskapai masing-masing.

Di sisi lain, petugas Pos Pengamatan Gunung Lewotobi Laki-Laki, Yohanes Kolli Sorywutun, menyampaikan bahwa aktivitas vulkanik masih terekam meski visual gunung tertutup kabut.

Dalam laporan pengamatan Jumat dini hari, periode pukul 00:00–06:00 WITA, Yohanes menyebutkan bahwa “gunung dengan ketinggian 1.584 meter di atas permukaan laut itu terpantau tertutup kabut, tidak teramati asap kawah, dan kondisi cuaca cenderung berawan hingga hujan.”

Sebagai bagian dari langkah tanggap darurat, Kementerian Sosial telah mendirikan delapan dapur umum untuk melayani lebih dari 4.900 warga terdampak erupsi. Upaya mitigasi dan distribusi bantuan terus dilaksanakan agar kebutuhan dasar warga tetap terpenuhi selama masa krisis.

Peristiwa ini menegaskan bahwa ancaman gunung api aktif seperti Lewotobi bukan hanya berdampak lokal, tetapi dapat mengguncang sistem transportasi dan logistik regional. Pemerintah daerah bersama pihak berwenang diminta untuk memperkuat sistem peringatan dini dan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi potensi erupsi lanjutan. []

Diyan Febriana Citra.

Berita Daerah Hotnews