BENGKULU — Kabupaten Seluma kini menjadi sorotan sebagai wilayah perintis penerapan sistem tumpang sari (intercropping) pada lahan kelapa sawit yang memanfaatkan pendekatan pertanian berkelanjutan. Inisiatif ini melibatkan kerja sama antara perusahaan agrikultur berbasis iklim PT Arkonesia dengan Pemerintah Belanda melalui program SustainPalm, didukung penuh oleh pemerintah daerah dan tokoh legislatif nasional.
Program yang diinisiasi di Desa Riak Siabun, Kecamatan Sukaraja, akan mencakup lahan seluas 10 hektare selama tiga tahun. Sistem tumpang sari ini memungkinkan petani memanfaatkan sela waktu pertumbuhan ulang sawit (replanting) untuk menanam komoditas hortikultura bernilai tinggi seperti semangka dan melon.
Yusrian Saubara atau Yanda, pendiri PT Arkonesia dan alumni Wageningen University, hadir langsung bersama tim dari Belanda yang dipimpin Prof. Maya Slingerland. Kunjungan mereka ke Kabupaten Seluma, Kamis (19/06/2025), disambut hangat oleh Bupati Seluma Teddy Rahman dan anggota DPD RI dari Bengkulu, Destita Khairilisani.
“Ini bukan sekadar kunjungan kerja, tapi bentuk nyata transfer teknologi dan pengetahuan. Mas Yanda, putra daerah yang kini kembali membangun kampung halaman, membawa riset dan inovasi yang telah terbukti secara ilmiah,” ujar Teddy dalam pernyataan resmi, Jumat (20/06/2025).
Menurut Teddy, proyek ini bukan hanya menjawab tantangan pemanfaatan lahan sawit yang sedang dalam masa replanting, tetapi juga solusi menghadapi serangan ganoderma, jamur yang kerap merusak tanaman sawit.
“Dengan pola tumpang sari, lahan yang biasanya dibiarkan kosong kini bisa menghasilkan tambahan ekonomi bagi petani,” jelasnya.
Sementara itu, Senator Destita menyoroti manfaat langsung dari program ini terhadap penghasilan petani. “Petani bisa mendapat pendapatan ganda. Dan karena ini dirancang dengan prinsip pertanian berkelanjutan, kita optimis produk sawit dan hasil tumpang sari ini akan lebih mudah masuk ke pasar Eropa,” ujarnya.
Destita juga menegaskan bahwa peran wakil daerah seperti dirinya adalah menjembatani peluang pembangunan yang bisa diterapkan secara konkret di kabupaten-kabupaten, termasuk Seluma. Ia menyebut program ini sebagai bentuk nyata kolaborasi antarnegara untuk mendukung pertanian rakyat.
Yanda menambahkan bahwa program ini akan terus dikembangkan berbasis riset. “Intercropping ini kami desain tidak hanya untuk mengatasi ganoderma, tapi juga untuk meningkatkan efisiensi lahan dan pendapatan petani. Ini bukan sekadar eksperimen, tapi bagian dari solusi jangka panjang bagi sektor sawit rakyat,” katanya.
Program ini diharapkan menjadi percontohan nasional dalam integrasi riset pertanian dengan pemberdayaan ekonomi petani serta penguatan daya saing produk sawit Indonesia di tingkat global. []
Diyan Febriana Citra.