YOGYAKARTA – Upaya diplomasi antar kota terus dikembangkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. Kali ini, kerja sama strategis dibidik bersama Republik Islam Iran melalui pertemuan dengan Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mohammad Boroujerdi, yang berlangsung di Ruang Sadewa Balai Kota Yogyakarta, Rabu (25/06/2025).
Dalam kunjungannya, Dubes Mohammad Boroujerdi menyampaikan keinginan Pemerintah Iran untuk menjajaki kemungkinan menjalin kemitraan sister city antara Yogyakarta dan Isfahan, salah satu kota bersejarah dan budaya di Iran.
“Isfahan adalah salah satu kota di Iran yang juga memiliki potensi pariwisata dan budaya yang mirip seperti yang dimiliki oleh Kota Yogyakarta,” ujar Boroujerdi.
Dengan latar belakang sejarah dan warisan budaya yang kuat, kedua kota dinilai memiliki kesamaan karakter dan potensi sinergi di berbagai sektor, terutama pariwisata, pengembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM), budaya, dan pendidikan.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menyambut antusias inisiatif tersebut dan menilai bahwa kerja sama ini dapat membuka pintu lebih luas untuk menjadikan Yogyakarta sebagai bagian penting dari jejaring kota dunia yang berorientasi budaya dan ekonomi kreatif.
“Misalnya, kita bisa meminta seluruh travel umrah menambahkan paket umrahnya dengan kunjungan ke Iran dan Isfahan. Begitu juga sebaliknya, masyarakat Iran juga ketika berkunjung ke Indonesia wajib berkunjung ke Kota Yogyakarta,” ujar Hasto.
Di bidang budaya, Hasto menilai potensi pertukaran budaya antara Jogja dan Isfahan dapat memperkuat posisi Yogyakarta sebagai kota seni dan budaya di mata internasional. Bentuk kerja sama ini dapat berupa pertunjukan seni bersama, pameran budaya, hingga festival lintas negara.
Sektor UMKM juga tidak luput dari perhatian. Produk lokal khas Yogyakarta seperti batik, kerajinan perak, dan kuliner tradisional rencananya akan dikirimkan untuk dipamerkan di berbagai kegiatan budaya dan ekonomi di Isfahan. Hal ini diharapkan mampu membuka pasar baru bagi produk UMKM Jogja.
Di bidang pendidikan, kerja sama yang dibangun diarahkan pada pertukaran pelajar dan tenaga pengajar, serta kolaborasi riset lintas budaya.
“Kita juga bisa meminta masyarakat atau guru di Isfahan mengajari anak didik kita baca tulis Al-Qur’an atau mengajari Bahasa Persia,” ujar Hasto, menggarisbawahi potensi penguatan karakter religius dan keterbukaan budaya global.
Untuk merealisasikan kerja sama tersebut, nota kesepahaman atau MoU direncanakan akan segera disusun. “Saya siap mengawal MoU ini agar dapat segera ditandatangani dan kerja sama ini dapat direalisasikan,” tegas Hasto.
Langkah ini menandai pendekatan progresif Yogyakarta dalam membangun diplomasi kota, tidak hanya berbasis seremonial, tetapi menyentuh langsung sektor riil yang berdampak pada masyarakat. []
Diyan Febriana Citra.