Polri Tanggapi Permintaan Lisa Mariana untuk Tes DNA Ulang di Singapura

Polri Tanggapi Permintaan Lisa Mariana untuk Tes DNA Ulang di Singapura

BANDUNG – EN (34), seorang ibu di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, ditemukan tewas tergantung di rumah kontrakannya setelah diduga meracuni kedua anaknya yang berusia 9 tahun dan 11 bulan. Peristiwa tragis ini memicu keprihatinan pemerintah, termasuk Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Pratikno.

“Saya menyampaikan belasungkawa yang sangat mendalam atas peristiwa sangat memprihatinkan di desa Kiangroke, Kabupaten Bandung ini. Saya telah perintahkan satu eselon 1 Kemenko PMK dan staf untuk takziah ke rumah duka dan sekaligus menindaklanjuti apa yang harus dilakukan sangat segera untuk keluarga,” ujar Pratikno, Minggu (7/9/2025).

Pratikno menekankan bahwa kehilangan seorang ibu bersama kedua anaknya bukan hanya menjadi luka keluarga, tetapi juga duka bagi bangsa.

“Kisah ini menggambarkan betapa berat beban yang harus dipikul oleh keluarga, terutama perempuan, ketika tekanan ekonomi, konflik rumah tangga, dan minimnya dukungan psikososial bertemu dalam satu titik bersamaan,” tambahnya.

Pemerintah, kata Pratikno, bersama kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah telah bergerak cepat untuk memastikan layanan konseling serta perlindungan sosial segera tersedia bagi keluarga. “Pemerintah bersama KPPPA, Kemenkes, BPJS, serta pemerintah daerah terus memperkuat sistem deteksi dini, intervensi dini, dan akses layanan konseling serta perlindungan keluarga,” ujarnya.

Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) Veronica Tan menyebut kasus ini sebagai panggilan darurat bagi pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat untuk memperkuat jejaring perlindungan sosial serta dukungan ekonomi produktif bagi perempuan.

“Kepada semua perempuan di Indonesia, terutama para ibu yang saat ini sedang menghadapi tekanan ekonomi dan merasa lelah: Anda tidak sendirian. Ada banyak pintu bantuan yang bisa diketuk, mulai dari layanan SAPA129, dinas PPPA di daerah, dan komunitas perempuan,” ujar Veronica.

Di rumah kontrakan EN, ditemukan surat wasiat yang ditulis dalam bahasa Sunda. Surat tersebut mengungkapkan rasa frustrasi EN menghadapi kesulitan hidup dan ekonomi keluarga, serta permintaan maaf kepada anak-anaknya. Salah satu bagian surat menyebut bahwa ia lebih rela menghadapi neraka daripada melihat anak-anaknya hidup dalam kesusahan.

Kasus ini menjadi pengingat bagi pemerintah untuk lebih peka dan cepat dalam menghadirkan perlindungan sosial, layanan konseling, dan pemberdayaan ekonomi bagi keluarga, terutama perempuan. “Tidak boleh ada lagi ibu yang merasa jalan satu-satunya adalah mengakhiri hidupnya dan anak-anaknya ketika menghadapi kesulitan hidup,” tegas Veronica.[]

Putri Aulia Maharani

Berita Daerah Kasus