SIKKA – Tragedi kemanusiaan kembali menimpa Jodimus Moan Kaka (40 tahun) warga Desa Hoder, kabupaten Sikka Nusa Tenggara Timur (NTT), yang dikirim bekerja secara ilegal ke Kalimantan Timur (Kaltim) oleh seorang calo tanpa izin resmi, namun sayangnya ketika tiba di kalimantan korban malah di terlantarkan hingga akhirnya meninggal dunia karena sakit yang tidak ditangani dengan baik.
Maria Trisanti Dehope saudari kandung korban saat dimintai komentarnya via telepon, Senin (01/04/2024) siang, mengatakan, kakaknya Jodimus Moan Maka berangkat ke Kaltim untuk bekerja di perusahaan sawit yang dijanjikan oleh calo yang merekrut. Sang calo perekrut membantu biaya kapal laut sejak keberangkatan dari Pelabuhan L.Say Maumere menggunakan Kapal Motor (KM) Lambelu pada, 12 Maret 2024 lalu.
Setelah tiba di Pelabuhan Kota Balikpapan, Provinsi Kaltim, sang calo perekrut juga membantu mengurus transportasi, dan akan mengatur penginapan, urusan makan minum hingga nanti diterima bekerja di perusahaan sawit. Selain kakaknya, kurang lebih ada 70 orang tenaga kerja lainnya dari berbagai desa di Kabupaten Sikka, yang direkrut calo dan sama-sama berangkat ke Kalimantan pada, 12 Maret 2024 lalu.
Namun, faktanya berbeda seperti yang dijanjikan calo perekrut. Menurut Santi, seperti yang disampaikan kakaknya dan calon pekerja lain kepada dirinya, koordinator calo perekrut yang bernama Yuvinus alias Joker yang berjanji akan mengurus tempat tinggal di pondok dan juga menyiapkan makan dan minum, tidak menepati janjinya. Terpaksa untuk bertahan hidup, mereka bekerja memotong kayu untuk sekedar membeli beras.
Lanjutnya, setelah bertahan berhari-hari di pondok tanpa makan dan minum yang jelas, kakaknya mengalami sakit dan menyampaikan ke Joker untuk membantu berobat, namun tidak ada bantuan. “Mereka tinggal di pondok yang disediakan Joker itu, di dalamnya cuma ada alat dapur dengan parang, beras dan air minum atau air untuk masak sama sekali tidak ada,” ujar Santi.
“Kakak Jodi akhirnya telfon istrinya di Hoder untuk cari uang berobat. Istrinya terpaksa jual babi besar seharga Rp1 juta dan uangnya dikirim ke suaminya. Setelah dapat uang dari istri dan uang hasil penjualan HP milik Kakak Jodi, ia dengan anak lakinya Fransiskus Minggu menumpang mobil travel menuju ke rumah sakit di Kota Balikpapan. Namun, dalam perjalanan Kakak Jodi meninggal di atas mobil travel,” ungkap Santi.
Kata Santi, Jenazah Kakak Jodi bersama anak kemudian dibawa ke Rumah Sakit (RS) Balikpapan. Keluarga kemudian menelpon Joker untuk turut membantu biaya pemulangan jenazah dari Balikpapan ke Kabupaten Sikka. Terhadap sebab kematian tidak diketahui pasti karena tidak ada autopsi yang dilakukan.
“Kami kemudian telpon Joker sampaikan dia untuk bantu pemulangan jenazah. Untuk pengiriman jenazah, pihak rumah sakit minta Rp24 juta, keluarga kemudian telpon Joker tetapi nomor Hp tidak aktif. Kemudian keluarga minta saya ke Balikpapan untuk mengurus jenazah. Saya kemudian turun jemput jenazah sama anaknya sekalian. Saat itu, kami telpon lagi Joker, dia janji mau kirim uang, tetapi tidak ada kejelasan sampai keluarga putuskan untuk makamkan jenazah di tempat kerja saya di Kutai Kartanegara,” ungkap Santi.
Lanjutnya, almarhum Jodi kemudian dimakamkan di Kutai Kartanegara pada, Jumat (29/03/2024) pukul 17.00 WITA. Luput dari Pemantauan Aparat dan Lolos Berangkat dari Pelabuhan L.Say Maumere Ari warga Kampung Galit yang merupakan salah satu tenaga kerja yang direkrut calo Joker, dalam rekaman yang diterima media ini, mengatakan, para perekrut ini mendatangi kami dengan menyampaikan bahwa mereka ada cari tenaga kerja untuk kerja di perusahaan sawit di Kalimantan. “Dapatlah kami ini sekitar 72 orang. Pas sampai di Pelabuhan. []
Redaksi02